“Dia cowok yang
baik,” kubilang begitu pada seorang teman.
Temanku langsung
menatapku penuh selidik, “Baik? Memangnya dia ngasih apa sama kamu?”
“Hey, apakah
begitu caramu mendefinisikan kebaikan? Dari pemberian?” tanyaku.
“Ya. Orang bisa
bilang bahwa orang lain baik itu karena orang lain itu pernah memberi sesuatu
untuknya. Entah memberi uang, entah memberi waktu, entah memberi perhatian,
atau memberi yang lain-lain. Jadi, apa yang dia berikan untukmu?”
Tadinya aku
merasa tersudut, setelah kupikirkan lagi, dengan enggan kuakui temanku benar. Meski
aku tak pernah repot-repot mengkategorikan orang baik atau jahat, semua orang
yang pernah kusebut orang baik adalah orang-orang yang telah memberiku sesuatu.
Kutambahkan lagi, sesuatu yang lebih dari batas normal.
Kubilang Ibuku baik
karena ia telah memberikan cintanya yang begitu besar padaku. Kubilang pacarku
baik karena ia telah memberikan perhatiannya untukku lebih dari laki-laki lain.
Kubilang salah satu klienku baik karena ia telah memberikan bonus diluar fee
yang kudapatkan. Kubilang klienku yang lain lagi baik karena ia memberikan
kepercayaan lebih padaku. Kubilang temanku baik karena ia telah memberikan
waktunya ditengah malam buta hanya untuk mendengarku menangis.
Dengan
mengabaikan kemungkinan dari faktor-faktor lain; apa yang diberikan, ketulusan,
persepsi si penerima dan lain-lain, perbuatan memberi bisa menjadi langkah awal untuk
benar-benar menjadi orang baik, atau hanya untuk dilihat sebagai orang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar