slide

Sabtu, 28 Mei 2016

Menulis dengan Bahagia

photo: pixabay.com


Beneran. Saya tidak pernah memikirkan apa nilai moral yang untuk pembaca ketika saya menulis novel. Berbeda ketika menulis buku anak. Hal pertama yang saya pikirkan adalah ilmu apa yang anak-anak dapat dari membaca buku saya. Cara itu selalu berhasil bikin saya fokus pada jalur yang benar sampai ceritanya selesai.

Pernah satu kali saya memperlakukan novel dengan cara yang sama seperti buku anak. Saya memikirkan ilmu apa yang bisa pembaca dapat dari baca buku saya. Hasilnya tulisan saya malah nggak karu-karuan. Seperti buku pelajaran yang ditulis dewa. Seperti kitab silat yang udah nggak zaman. Lalu, saya kapok menulis dengan teknik demikian. 

Untuk novel, saya menulis apa saja yang ada di kepala saya. Saya tidak memikirkan nilai pendidikan, moral, kritik sosial, dan lain-lain. Saya hanya ingin menulis dengan bahagia agar pembaca saya bisa tersenyum. Sesimpel itu saja tujuan saya menulis. Ya, tujuan simple dengan proses yang tidak sesimpel kedengarannya, sebenarnya. Menciptakan mood ‘bahagia’ itu yang menjadi tugas terberat saya. Saya kan nggak setiap saat bahagia.

Setiap kisah yang saya tulis adalah potret yang ingin saya tunjukkan pada pembaca, di dalam potret itu ada rekaman perasaan saya, kisah orang-orang di sekeliling saya, dan ide saya yang terlalu liar untuk diwujudkan dalam dunia nyata. Mereka mencuat di belakang belakang sosok khayalan yang disuguhkan huruf demi huruf.

Makanya, saya suka membaca review tentang novel-novel saya. Saya rasa setiap penulis suka membaca review tentang novelnya, mengetahui tanggapan orang-orang yang membacanya. Saya senang ketika pembaca terhibur oleh alur, tokoh, dialog atau ide yang ada pada novel saya. Itu saja. Saya tidak mentargetkan novel saya bisa jadi referensi pendidikan yang hebat, membuka cakrawala pengetahuan, menjadi penggerak perubahan sosial dan semacamnya. Sepertinya ilmu saya tidak sampai situ, hahahaha. Namun, memang, saya sering memberangkatkan ide saya dari terminal isu perempuan dengan bawaan yang tidak terlalu berat. 

Dan, sampai saat ini, saya paling nyaman dengan genre enteng ini.