Kalimat pertama dan bab pertama itu penting. Kalau bagus,
bisa membuat pembaca ingin membaca terus. Sebaliknya, kalau jelek dan kebetulan
pembacanya nggak sabar, pasti bukunya ditinggal.
Orang bilang, membuat bagian awal
itu susah-susah gampang, buatku susah beneran. Ini catatanku kalau kapan-kapan mentok
lagi di kesulitan semacam ini:
- Bikin saja kalimat awal seadanya. Lalu lanjut ke
kalimat selanjutnya. Kalau mentok di kalimat pertama terus, kapan bikin kalimat
ke-dua, ke-tiga, ke-empat, dan seterusnya?
- Biasanya kalimat bagus datang tiba-tiba. Tangkap
dan tulis saat itu juga. Seperti datangnya yang tiba-tiba, hilangnya pun bisa
tiba-tiba. Jadi tulis sekarang atau catat di tempat selain ingatan. Jangan
pernah percaya pada ingatan.
- Mungkin
di perjalanan nanti akan bermunculan kalimat-kalimat bagus. Bandingkan saja
dengan yang sudah ada. Kalau lebih bagus, ganti. Kalau lebih jelek, simpan.
Bisa saja nanti terpakai di suatu tempat.
- Jangan mentok pada kalimat awal berupa deskripsi
setting. Memang deskripsi setting itu penting untuk menjerumuskan pembaca di
dunia cerita yang kita buat. Tapi tidak usah tergesa-gesa melakukan itu. Nanti
juga bisa. Jadi, kalimat awal nggak harus “Matahari bersinar terang.” Mmm… gimana ya, menurutku, “Matahari
bersinar terang,” nggak bikin penasaran.
- Ide lain yang bisa dicoba;
·
Sebaris kalimat indah. Bisa syair jika menulis
romance, atau kalimat jenaka jika menulis komedi. Contoh.
Jika aku boleh
memilih satu hari untuk kuulang lagi, aku akan memilih hari ini. Hari ketika
pertama kali ia merengkuhku dalam pelukannya.
·
Dialog. Contoh.
“Aku cuma mau
mengembalikan ini,” kataku pelan sambil meletakkan sebuah cincin di telapak
tangannya.
“Kenapa?”
teriaknya. “Jadi kamu tidak percaya aku dan dia tidak ada apa-apa? Kemarin itu
kami hanya bertemu di jalan. Lalu, aku singgah di rumahnya sebentar. Minum
kopi, itu saja!”
Aku tak
menjawab apa-apa. Mendengar kebohongan ketika telah tahu segalanya itu
menyenangkan.
·
Bahkan kalimat yang ada dipemikiran aneh si
tokoh. Contoh.
Kalau
reinkarnasi itu ada, Arintha pasti terlahir lahi jadi kompor. Entah di mana ia
mendapatkan kelihaian menyulut emosi seperti itu. Bibir lancipnya punya
kecepatan cahaya dalam menyebar gosip. Kurir titipan kilat kalah.
pic taken from
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRIBGqWDW-hZ-OmZTdiyKZrALqNtfnulboZt16oANN5O6CN_iQm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar